A.
Pengertian
Medhali
Medhali berasal dari bahasa jawa yaitu
medhal yang berarti methu atau dalam bahasa Indonesia, keluar. Dahulu medhali
ini dijadikan ritual selamatan untuk sapi yang sedang hamil dengan alasan agar
sapi yang hamil tersebut dapat melahirkan dengan selamat dan anak sapi yang
dilahirkan juga selamat. Hal tersebut mengingatkan kita pada adat jawa bagi perempuan yang hamil. Yang
diadakannya empat bulanan atau tujuh bulanan, untuk sapi pun sama yaitu pada
usia kandungan sapi menginjak tujuh bulan.
B.
Medhali
dan Perkembangannya
Medhali ini merupakan budaya warisan
dari agama hindu, dimana dahulu agama hindu mengajarkan adanya sesaji untuk
setiap ritual pemujaannya. Dahulu ritual medhali ini mencakup beberapa wilayah
namun sekarang hanya tersisa beberapa wilayah yang masih bertahan. Lunturnya
budaya ini karena sekarang sudah banyak orang mampu berpikir maju dan modern.
Apalagi setelah agama islam masuk, banyak yang mempelajari al-quran dan banyak
dari mereka yang menghapus tradisi atau kebiasaan masyarakat terdahulu yang
tidak sesuai dengan ajaran islam.
Walaupun banyak yang berusaha menghapus
budaya medhali, namun banyak juga orang tua terdahulu yang masih mempertahankan
budaya tersebut. Menurut mereka itu sudah menjadi tradisi nenek moyang,
sehingga kita sebagai generasi penerus harus berusaha melestarikan budaya yang
menjadi kekayaan bangsa jangan sampai luntur bahkan sirna.
C.
Prosesi
Medhali di Dukuh Luangkandang
Dahulu
ritual medhali ini menjadi tradisi di sebagian kecamatan Puring bahkan sampai
merambah ke kecamatan lain, seperti kecamatan Buayan yaitu desa Karang Bolong. Tetapi
untuk di zaman yang dapat dikatakan modern ini, hanya tersisa beberapa yang
masih melakukan tradisi medhali. Di desa Sidoharjo mengadakan ritual ini masih
sama seperti apa yang diajarkan yaitu apabila sapi yang mereka sedang hamil. Di
desa Waluyorejo ini sudah mengalami sedikit perubahan. Desa ini mengadakan
ritual secara serempak setelah panen padi gaga, meskipun sapi mereka tidak
dalam keadaan hamil atau bahkan telah melahirkan. Dalam satu desa terdapat
beberapa dukuh dan dalam satu dukuh terdapat beberapa rukun tetangga (RT).
Dahulu apabila ada RT yang sedang mengadakan ritual medhali, RT lain akan
diundang. Namun sekarang tidak seperti dahulu, apabila suatu RT mengadakan
ritual medhali hanya akan dihadiri oleh warga RT tersebut bahkan satu RT bisa
terbagi menjadi dua bagian.
Ritual medhali ini dapat dikatakan
relatif mudah dan tidak memerlukan banyak perlengkapan. Hanya diperlukan
beberapa makanan untuk sesajinya atau untuk dibagikan kepada warga sekitar.
Makanan tersebut adalah tumpeng mogana, kupat slamet, lepet, dan urab-uraban.
Dalam pembuatan kupat serta lepet kadang disesuaikan dengan jumlah warga RT
tersebut atau disesuaikan dengan jumlah pemilik sapi yang terdapat di RT
tersebut. Dahulu makanan tersebut diperuntukan kepada para dewa yang telah memberi
berkah di dunia, namun sekarang makanan tersebut hanya sebagai pelengkap yang
kemudian akan dimakan bersama.
Prosesi medhali ini dilakukan pada sore
hari. Dengan alasan disaat sore hari orang-orang sudah mengakhiri kesibukannya
bekerja. Prosesi medhali dilakukan dengan mendatangi satu rumah ke rumah yang
lain, biasanya akan di mulai dari rumah yang paling ujung. Yang melakukan
prosesi ini adalah para pemilik sapi atau dapat diwakilkan kepada anak-anak
mereka. Kebanyakan akan diikuti oleh anak-anak, Mereka sangat antusias karena
akan mendapat sebagian dari makanan yang telah disiapkan untuk sesaji. Dan
sejatinya medhali ini adalah acara syukurannya para penggembala sapi. Di mana
mereka telah merasa berhasil merawat sapi-sapi mereka hingga sapi yang mereka
gembalakan beranak.
Setelah semua
rumah sudah selesai didatangi warga, para warga akan membawa tumpeng ke mushola
untuk diadakan doa bersama yang sebelumnya tumpeng tersebut telah dipotong
pucuknya oleh pemilik untuk sesaji di kandang sapi dan mengalungkan kupat serta
lepet ke leher sapi mereka. Tetapi untuk zaman sekarang karena sudah banyak
mengalami perubahan, maka tumpeng yang sudah dipotong ujungnya tadi langsung
dimakan bersama di rumah sang pemilik.
0 komentar:
Posting Komentar