Senin, 07 Januari 2013

Budaya Medhali




A.    Pengertian Medhali
Medhali berasal dari bahasa jawa yaitu medhal yang berarti methu atau dalam bahasa Indonesia, keluar. Dahulu medhali ini dijadikan ritual selamatan untuk sapi yang sedang hamil dengan alasan agar sapi yang hamil tersebut dapat melahirkan dengan selamat dan anak sapi yang dilahirkan juga selamat. Hal tersebut mengingatkan kita pada adat  jawa bagi perempuan yang hamil. Yang diadakannya empat bulanan atau tujuh bulanan, untuk sapi pun sama yaitu pada usia kandungan sapi menginjak tujuh bulan.
B.     Medhali dan Perkembangannya
Medhali ini merupakan budaya warisan dari agama hindu, dimana dahulu agama hindu mengajarkan adanya sesaji untuk setiap ritual pemujaannya. Dahulu ritual medhali ini mencakup beberapa wilayah namun sekarang hanya tersisa beberapa wilayah yang masih bertahan. Lunturnya budaya ini karena sekarang sudah banyak orang mampu berpikir maju dan modern. Apalagi setelah agama islam masuk, banyak yang mempelajari al-quran dan banyak dari mereka yang menghapus tradisi atau kebiasaan masyarakat terdahulu yang tidak sesuai dengan ajaran islam.
Walaupun banyak yang berusaha menghapus budaya medhali, namun banyak juga orang tua terdahulu yang masih mempertahankan budaya tersebut. Menurut mereka itu sudah menjadi tradisi nenek moyang, sehingga kita sebagai generasi penerus harus berusaha melestarikan budaya yang menjadi kekayaan bangsa jangan sampai luntur bahkan sirna.
C.    Prosesi Medhali di Dukuh Luangkandang
Dahulu ritual medhali ini menjadi tradisi di sebagian kecamatan Puring bahkan sampai merambah ke kecamatan lain, seperti kecamatan Buayan yaitu desa Karang Bolong. Tetapi untuk di zaman yang dapat dikatakan modern ini, hanya tersisa beberapa yang masih melakukan tradisi medhali. Di desa Sidoharjo mengadakan ritual ini masih sama seperti apa yang diajarkan yaitu apabila sapi yang mereka sedang hamil. Di desa Waluyorejo ini sudah mengalami sedikit perubahan. Desa ini mengadakan ritual secara serempak setelah panen padi gaga, meskipun sapi mereka tidak dalam keadaan hamil atau bahkan telah melahirkan. Dalam satu desa terdapat beberapa dukuh dan dalam satu dukuh terdapat beberapa rukun tetangga (RT). Dahulu apabila ada RT yang sedang mengadakan ritual medhali, RT lain akan diundang. Namun sekarang tidak seperti dahulu, apabila suatu RT mengadakan ritual medhali hanya akan dihadiri oleh warga RT tersebut bahkan satu RT bisa terbagi menjadi dua bagian.
Ritual medhali ini dapat dikatakan relatif mudah dan tidak memerlukan banyak perlengkapan. Hanya diperlukan beberapa makanan untuk sesajinya atau untuk dibagikan kepada warga sekitar. Makanan tersebut adalah tumpeng mogana, kupat slamet, lepet, dan urab-uraban. Dalam pembuatan kupat serta lepet kadang disesuaikan dengan jumlah warga RT tersebut atau disesuaikan dengan jumlah pemilik sapi yang terdapat di RT tersebut. Dahulu makanan tersebut diperuntukan kepada para dewa yang telah memberi berkah di dunia, namun sekarang makanan tersebut hanya sebagai pelengkap yang kemudian akan dimakan bersama.
Prosesi medhali ini dilakukan pada sore hari. Dengan alasan disaat sore hari orang-orang sudah mengakhiri kesibukannya bekerja. Prosesi medhali dilakukan dengan mendatangi satu rumah ke rumah yang lain, biasanya akan di mulai dari rumah yang paling ujung. Yang melakukan prosesi ini adalah para pemilik sapi atau dapat diwakilkan kepada anak-anak mereka. Kebanyakan akan diikuti oleh anak-anak, Mereka sangat antusias karena akan mendapat sebagian dari makanan yang telah disiapkan untuk sesaji. Dan sejatinya medhali ini adalah acara syukurannya para penggembala sapi. Di mana mereka telah merasa berhasil merawat sapi-sapi mereka hingga sapi yang mereka gembalakan beranak.
 Setelah semua rumah sudah selesai didatangi warga, para warga akan membawa tumpeng ke mushola untuk diadakan doa bersama yang sebelumnya tumpeng tersebut telah dipotong pucuknya oleh pemilik untuk sesaji di kandang sapi dan mengalungkan kupat serta lepet ke leher sapi mereka. Tetapi untuk zaman sekarang karena sudah banyak mengalami perubahan, maka tumpeng yang sudah dipotong ujungnya tadi langsung dimakan bersama di rumah sang pemilik.

0 komentar:

Posting Komentar

older post Home

My Home

Puring, Kebumen

Template Information

Kuis

Siapakah nama Bapak Sosiologi Indonesia?

Video Category

Powered By Blogger

Followers

Entri Populer